1. Menyalurkan bakat dan minat mahasiswa terhadap musik, khusunya paduan suara.
2. Meningkatkan apresiasi musik mahasiswa.
3. Meningkatkan prestasi dan prestise PT
4. Musik sebagai alat pendidikan (budi pekerti, kedisiplinan, kecerdasan, dll.)
5. Melaksanakan peraturan-peraturan / kesepakatan bersama tentang
penyelenggaraan event-event kegiatan seni di lingkungan kampus bagi
mahasiswa (Peksiminas, Festival-festival Paduan suara, dll.
B. Pengertian Paduan
Paduan
suara merupakan bentuk penyajian musik vokal yang dihadirkan oleh suatu
grup, baik secara unisono maupun dalam beberapa suara. Wujud paduan
suara (sehingga disebut paduan suara) adalah perpaduan antar suara
menjadi satu warna suara, yaitu warna paduan suara dengan memperhatikan
keseimbangan antar kelompok suara, satu ekspresi, dan merupakan satu
kesatuan yang utuh. Membentuk suara paduan suara, dengan banyak suara
diibaratkan membuat kopi susu, jika sudah jadi harus berwarna kopi susu,
dan terasa kopi susu pula, bukan hanya kopinya saja atau susunya saja
yang terasa lebih dominan (Simanungkalit).
Vokal paduan suara /vokal koor dalam paduan suara disebut juga choral voice, yang membedakan dengan suara solo. Karena, suara paduan suara adalah bunyi serempak dengan harmonisasi tertentu dari banyak suara dan dari anggota paduan suara.
Vokal paduan suara /vokal koor dalam paduan suara disebut juga choral voice, yang membedakan dengan suara solo. Karena, suara paduan suara adalah bunyi serempak dengan harmonisasi tertentu dari banyak suara dan dari anggota paduan suara.
C. Jenis Paduan suara
Paduan suara ada
beberapa jenis : paduan suara unisono, paduan suara dua suara sejenis,
paduan suara 3 suara sejenis, paduan suara 3 suara campuran, paduan
suara 4 suara campuran.
D. Pemilihan anggota
Sebaiknya
dalam merekrut anggota paduan suara harus selektif, harus memperhatikan
minat, kemampuan dasar (musikal), dan kedisiplinan. Kurang dari salah
satu akan mengganggu.
E. Pelatih dan Pemimpin Paduan suara.
Pelatih
paduan suara dapat merangkap sebagai pemimpin paduan suara (conductor),
sehingga di tangan pemimpin inilah grup itu akan menjadi baik atau
buruk. Pemimpin ibarat ”nafas” paduan suara. Pemimpin paduan suara
adalah denyut suata paduan suara, dan dialah wajah suatu penyajian
paduan suara (Binsar Sitompul, 1986). Seorang pemimpin paduan suara bisa
dianggap sebagai ”ilmuwan” paduan suara. Seorang pemimpin paduan suara
sebaiknya memiliki kemampuan
(1) menguasai teori musik dan praktek
musik,
(2) terampi membaca notasi musik,
(3) menguasai teknik paduan
suara,
(4) memiliki kepekaan nada yang kuat,
(5) mengetahui pengetahuan
tentang repertoir, memiliki seni medireksi (conducting),
(6) kepribadian
menarik,
(7) sehat jasmani dan rohani, ( berwibawa.
F. Teknik Paduan suara
1. Pernafasan
Pernafasan
merupakan ”motornya” orang bernyanyi. Di antara bermacam-macam
pernafasan (pernafasan dada, perut, pundak dan diafragma), pernafasan
diafragmalah yang dianggap baik untuk bernyanyi. Ada juga yang
mengkombinasikan antara pernafasan diafragma dan perut.
Salah satu bentuk latihan pernafasan adalah :
Menghitung dari satu sampai dengan empat dengan suara yang jelas dan teratur. Pada hitungan ke empat mengambil nafas sedalam-dalamnya dengan cepat. Latiha ini dilakukan berulang-ulang.
Menghitung dari satu sampai tiga setengah ketuk, lalu mengambil nafas dengan cepat pada sisi setengah hitungan dari ketukan ke empat. Latihan ini dilakukan berulang-ulang.
Latihan menahan nafas sambil mengitung (diucapkan) sebanyak-banyaknya
Sambil berbaring dan meletakan buku atau benda lain di atas perut sambil berolah nafas.
Dll.
Salah satu bentuk latihan pernafasan adalah :
Menghitung dari satu sampai dengan empat dengan suara yang jelas dan teratur. Pada hitungan ke empat mengambil nafas sedalam-dalamnya dengan cepat. Latiha ini dilakukan berulang-ulang.
Menghitung dari satu sampai tiga setengah ketuk, lalu mengambil nafas dengan cepat pada sisi setengah hitungan dari ketukan ke empat. Latihan ini dilakukan berulang-ulang.
Latihan menahan nafas sambil mengitung (diucapkan) sebanyak-banyaknya
Sambil berbaring dan meletakan buku atau benda lain di atas perut sambil berolah nafas.
Dll.
2. Membentuk Suara atau Produksi Suara (Voice Pruduction)
Teknik
Produksi suara merupakan mekanisme dari koordinasi dan kerja sama
alat-alat penghasil bunyi. Jika kerjasama itu benar kita akan mendengar
bunyi yang baik. Istilah kerjasama mekanisme gerak ini sering disebut
fisiologi
Prosesnya:
Pita suara dapat digerakan saling mendekat rapat dan menjauh, selain juga kendor atau tegang. Jika dalam posisi saling menjauh, maka saluran kerongkongan terbuka dan kita dapat menarik atau melepas nafas dengan leluasa. Sebaliknya jika dalam kedua membran itu saling mendekat hingga rapat, saluran kerongkongan tertutup dan nafas tidak bisa masuk. Jika kita salurkan nafas dengan teratur melalui celah di antar pita suara itu, akan terjadilah suara karenakedua pita suara itu bergetar.
Suara akan menjadi nyaring karena ada alat pengeras (resonator) seperti rongga mulut, rongga kepala, rongga hidung, dan rongga dada. Alat-alat ini yang disebut resonansi suara. Lengkapnya alat yang menjadi resonator adalah mulut, puncak leher, oral pharinx, nasal pharinx, post nasal cavities (rongga hidung) trachea, bronchi rongga dada, dan rongga kepala. Menurut urutan tingkat suara resonansi dapat dibagi menjadi 3 : resonansi kepala, resonansi tengah (rongga mulut dan hidung), dan resonansi dada.
Semakin baik ruang-ruang itu beresonansi semakin bagus dan semakin kaya warna suara dan kekuatannya. Suara yang bagus adalah hasil pembentukan bunyi (artikulasi, diksi) dan resonansi yang baik.
Latihan-latihan ini bisa dilakukan saat pemanasan (vokalizi). Vokalisi yang normal biasanya sekitar 15 sampai 30 menit. Namun demikian bisa fleksible asal jangan kurang dari 15 menit.
Prosesnya:
Pita suara dapat digerakan saling mendekat rapat dan menjauh, selain juga kendor atau tegang. Jika dalam posisi saling menjauh, maka saluran kerongkongan terbuka dan kita dapat menarik atau melepas nafas dengan leluasa. Sebaliknya jika dalam kedua membran itu saling mendekat hingga rapat, saluran kerongkongan tertutup dan nafas tidak bisa masuk. Jika kita salurkan nafas dengan teratur melalui celah di antar pita suara itu, akan terjadilah suara karenakedua pita suara itu bergetar.
Suara akan menjadi nyaring karena ada alat pengeras (resonator) seperti rongga mulut, rongga kepala, rongga hidung, dan rongga dada. Alat-alat ini yang disebut resonansi suara. Lengkapnya alat yang menjadi resonator adalah mulut, puncak leher, oral pharinx, nasal pharinx, post nasal cavities (rongga hidung) trachea, bronchi rongga dada, dan rongga kepala. Menurut urutan tingkat suara resonansi dapat dibagi menjadi 3 : resonansi kepala, resonansi tengah (rongga mulut dan hidung), dan resonansi dada.
Semakin baik ruang-ruang itu beresonansi semakin bagus dan semakin kaya warna suara dan kekuatannya. Suara yang bagus adalah hasil pembentukan bunyi (artikulasi, diksi) dan resonansi yang baik.
Latihan-latihan ini bisa dilakukan saat pemanasan (vokalizi). Vokalisi yang normal biasanya sekitar 15 sampai 30 menit. Namun demikian bisa fleksible asal jangan kurang dari 15 menit.
3. Kepaduan (Blend)
Padu bulat, menyatu
(blend) itulah siri itama musik paduan suara. Suara-suara dari banyak
peserta dan kelompok suara yang berbeda harus menjelma menjadi satu
warna dan satu bahasa yaitu warna paduan suara.
Beberapa syarat untuk mencapai blend di dalam lingkungan satu kelompok suara :
Tinggi nada (pitch) harus tepat-bersih. Nada yang tidak tepat antar suara menjadikan suara keruh. Di sinilah perlunya pemanasan (vokalizi) sebelum membawakan lagu.
Kualitas suara yang baik. Ini tergantung dari cara membentuk suara dan cara membentuk vokal (vowels).
Menggunakan register yang sama
Penggunaan register yang berbeda (ada yang falseto dan ada yang suara leher), juga antara sopran dan alto yang jauh warnanya menjadikan suara tidak padu (berwarna warni)
Penggunaan vibrato yang tidak terkendali.
Vibrasi boleh digunakan asal jangan terlalu besar intensitasnya dan jangan menjolkan individu. Sebaiknya hanya bebarapa saja, kecuali dia sebagai solis.
Tingkat dinamik yang seragam
Penyamaan dinamik agar tidak ada yang lebih menojol, agar tidak terdengar sia-sia penggarapannya.
Beberapa syarat untuk mencapai blend di dalam lingkungan satu kelompok suara :
Tinggi nada (pitch) harus tepat-bersih. Nada yang tidak tepat antar suara menjadikan suara keruh. Di sinilah perlunya pemanasan (vokalizi) sebelum membawakan lagu.
Kualitas suara yang baik. Ini tergantung dari cara membentuk suara dan cara membentuk vokal (vowels).
Menggunakan register yang sama
Penggunaan register yang berbeda (ada yang falseto dan ada yang suara leher), juga antara sopran dan alto yang jauh warnanya menjadikan suara tidak padu (berwarna warni)
Penggunaan vibrato yang tidak terkendali.
Vibrasi boleh digunakan asal jangan terlalu besar intensitasnya dan jangan menjolkan individu. Sebaiknya hanya bebarapa saja, kecuali dia sebagai solis.
Tingkat dinamik yang seragam
Penyamaan dinamik agar tidak ada yang lebih menojol, agar tidak terdengar sia-sia penggarapannya.
4. Keseimbangan (balance)
Faktor
keseimbangan tidak lepas dari blend. Jika dalam blend adalah untuk
menciptakan kesamaan atau kepaduan antar personil dan kelompok suara
maka teknik keseimbangan ini untuk menciptakan keseimbangan antar
kelompok suara. Keseimbangan ini untuk menghindari tidak ada kelompok
suara yang paling dominan suaranya. Keseimbangan ini bisa meliputi
kekuatan, warna, dinamik, irama, dan sebagainya.
5. Diksi
Yang
membedakan musik paduan suara dan musik instrumentalia adalah pemakaian
kata-kata yang membawakan nada-nada dari komposisi. Perpaduan kata-kata
dengan musik inilah yang harus dicermati pemimpin paduan suara agar
tidak berjalan sendiri-sendiri. Teks dalam lagu tidak sekedar menuntut
kata-kata yang jelas, tajam secara teknis, tetapi lebih dari itu yaitu
cara-cara mengucapkan sekaligus mengungkapkan makna, isi, bahkan sampai
pada yang bersifat emosional. Inilah yang disebut diksi. Jadi diksi
sudah termasuk artikulasi, yang merupakan upaya mencari interpretasi
dari kata-kata.
Suku kata –bai yang pertama dinyanyikan 1 ½ ketuk
sedangkan suku kata –bai kedua dinyanyikan sepanjang 2+2 ketuk, dan
hampir sepanjang 4 ketuk itu dinyanyikan pada vokal ”a” dan baru pada
momen ke-4 ketukan akan berakhir vokal ”i” yang dimunculkan.
Karena
peserta paduan suara yang cukup banyak sama dengan instrumen vokal yang
banyak juga. Karena hal ini bisa menimbulkan kekacauan dalam hal
artikulasi yang muncul walaupun dengan teknik vokal yang benar. Oleh
karena itu kadang ”diakali” dengan pengucapan-pengucapan yang
”dimanipulasi” sehingga jika dinyanyikan secara bersama-sama dalam
paduan suara itu akan terdengar lebih jelas, tergantung kesan apa yang
ingin kita dapatkan, gagahn sendu, lincah, dsb.
Contoh:Bangkitlah —- bangkitelah
Dwi warna—- dewi warna
Maju ———-Majut
Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan. Dan, inilah tugas pemimpin paduan suara untuk mengeksplor dan menggarapnya.
6. Teknik Vokal Lainnya
a.
Artikulasi : adalah teknik pengucapan agar ucapan yang terdengar lebih
jelas. Teknik ini juga berkaitan dengan teknik lain seperti diksi dan
pembentukan suara. Teknik artikulasi memperhatikan pada ucapan-icapan
huruf hidup (vocal) dan huruf mati (konsonan)
b. Frasering :
adalah teknik pemenggalan kalimat lagu. Teknik ini terkait juga dengan
teknik pernafasan, dan interpretasi. Teknik ini penting karena salah
mengiterpretasi, terutama dalam pemenggalan kalimat, akan mengurangi
keindahan termasuk juga maknanya.
c. Intonasi : adalah teknik
yang berhubungan dengan ketepatan nada (pitch). Ini sangat bersifat
individu. Artinya, setiap anggota paduan suara harus memiliki kepekaan
nada yang kuat sehingga mampu mengendalikan tinggi suaranya, dan tidak
lagi terdengar nada-nada fals yang muncul saat penyajian. Satu orang
terdengar fals maka rusaklah paduan suara itu. Jika banyak yang fals
maka suara menjadi keruh. Penguasaan ini akan menjamin nada-nada fals
pada grup itu. Sangat dianjurkan seluruh anggota paduan suara mampu
membaca notasi musik. Latihan ini harus sering dilakukan, terutama saat
vokalisi. Cara ini akan berguna baik yang sudah mampu membaca notasi
maupun yang belum.
d. Vibrasi/vibrator : adalah teknik
menggetarkan / mengalunkan nada atau mefluktuasikan nada yang
dibunyikan. Pengolahan teknik ini harus sangat hati-hati. Penggunaan
yang tak terkendali akan merusak penyajian paduan suara. Akan lebih baik
jika sebagian saja yang menggunakan vibrasi. Itu pun dengan intensitas
yang sedang saja, kecuali ia sebagai solis. Munculnya vibrasi pada suara
manuasia dikarenakan sudah mapannya posisi alat-alat produksi suara,
walaupun suara yang bervibrasi belum tentu ber kualitas terutama dalam
vokal paduan suara. Vibrasi dapat dilatih sejak dini sehingga muncul
vibrasi lebih awal juga.
e. Teknik Mendengarkan (listening) :
istilah ini mungkin belum lazim yaitu teknik memperhatikan suara diri
sendiri maupun suara di sekelilingnya. Simanungkalit menamakan istilah
ini dengan kegiatan bernyanyi dengan telinga. Sebenarnya bernyanyi solo
pun harus selalu mengontrol diri apakah suara yang terdengar cukup baik
dari segi intonasi, artikulasi, keseimbangan dengan iringan, sampai pada
ekspresinya. Namun, bernyanyi paduan suara yang terdiri dari banyak
sumber suara menuntut lebih banyak kerena pencapaian blend dan balance
suatu kewajiban jika ingin paduan suaranya padu dan utuh serta seimbang.
Teknik ini untuk menjamin suara perindividu, setiap seksi suara, sampai
seluruh peserta, mantap dari segi teknik dan pembawaan.
f.
Pembawaan dan Interpretasi dan ekspresi : teknik ini cukup penting
terutama berkaitan dengan bagaimana lagu itu dinyanyikan. Pesan lagu,
karakter lagu, sampai pada bagian-bagian lagu (termasuk tanda-tanda
ekspresi atau dinamik) harus bisa ditangkap oleh pelatih dengan baik.
Tugas ini banyak dilakukan oleh pemimpin atau pelatih paduan suara.
Penafsiran dan pengungkapan yang baik akan membawa penampilan paduan
suara lebih baik pula. Pelatih harus bekerja keras untuk mencermati
seluruh isi partitur lagu dan menerapkannya dalam paduan suaranya.
Kegiatan ini bisa dilakukan secara bertahap mulai saat proses latihan
sampai pada tahap penggosokan (finishing). Saat penggosokan ini
sebenarnya memerlukan waktu latihan yang cukup banyak agar hasilnya
mengagumkan. Banyak paduan suara yang akan tampil lomba hanya berhenti
pada penguasaan notasi dan penafsiran yang belum cukup. Padahal, semakin
digosok paduan suara yang sudah ”jadi” akan semakin ”kempling”. Akan
terlihat dan dirasakan oleh peserta saat menyanyikannya terasa mantap,
percaya diri dan menikmati, sedangkan yang melihat atau yang
mendengarkan merasa terpesona dan terharu (termasuk jurinya) karena
keindahan fisik maupun suaranya. Bisa diukur, jika saat anda mengajak
orang lain untuk memperdengarkan atau menyaksikan paduan suara Anda
kemudian dia merasakan biasa saja maka paduan suara Anda masih biasa
saja, perlu proses tambahan yang harus dijalani lagi. Sebaliknya, jika
yang menilai /yang mendengarkan merasa terkesan, maka paduan suara Anda
saat menyanyikan lagu itu sudah bagus.
g. Memimpin lagu
(conducting): adalah teknik memberi aba-aba saat lagu itu di sajikan.
Tugas ini hanya diberikan pada pemimpin atau conductor atau dirigen.
Namun demikian, tugas seorang konduktor sebenarnya sangat berat. Oleh
karena itu sebaiknya pelatih sekaligus merangkap sebagai konduktor
sehingga apa yang dikehendaki langsung disampaikan saat mulai latihan
sampai saat tampil. Namun, ini sangat jarang. Seorang konduktor bisa
bukan pelatihnya (dan ini yang umum) asal sudah dilibatkan mulai saat
latihan. Saat finishing harus diserahkan sepenuhnya pada konduktor
dengan pengawasan pelatih. Terlalu banyak campur tangan saat sudah taraf
akhir finishing dari pelatih, apalagi berubah-rubahnya materi latihan
(misalnya tentang interpretasi) maka pada saat-saat pementasan akan
membingungkan konduktor dan peserta itu sendira.
G. Penutup
Banyak
orang mengatakan musik paduan suara adalah musik sorgawi. Tentu jika si
pendengar memiliki kemampuan menikmati jenis musik ini. Yang mampu
merasakan keindahan harmonisasi suara dari paduan suara memang suatu
kenikmatan tersendiri.
Pengelolaan paduan suara yang profesional
sebenarnya cukup kompleks karena menyangkut teknik-teknik yang harus
dikuasai, proses latihan yang lama sampai masalah sosial yang menyangkut
peserta paduan suara sebagai mahluk individu yang memiliki sifat yang
bermacam-macam dan kepentingan yang berbeda-beda pula. Paduan suara
mahasiswa sangat berpotensi menjadi paduan suara yang profesional karena
anggotanya memiliki kepentingan yang hampir sama (homogen), minat yang
tinggi (tentu jika prekrutannya melalui prosedur tertentu yang ketat),
dan SDM (tingkat inetelgensi) yang tinggi pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar