Kamis, 08 September 2011

Tujuan Penyelenggaraan Musik Paduan Suara di Perguruan Tinggi

A. Tujuan penyelenggaraan musik paduan suara di perguruan tinggi:

1. Menyalurkan bakat dan minat mahasiswa terhadap musik, khusunya paduan suara.
2. Meningkatkan apresiasi musik mahasiswa.
3. Meningkatkan prestasi dan prestise PT
4. Musik sebagai alat pendidikan (budi pekerti, kedisiplinan, kecerdasan, dll.)
5. Melaksanakan peraturan-peraturan / kesepakatan bersama tentang penyelenggaraan event-event kegiatan seni di lingkungan kampus bagi mahasiswa (Peksiminas, Festival-festival Paduan suara, dll.

B. Pengertian Paduan
Paduan suara merupakan bentuk penyajian musik vokal yang dihadirkan oleh suatu grup, baik secara unisono maupun dalam beberapa suara. Wujud paduan suara (sehingga disebut paduan suara) adalah perpaduan antar suara menjadi satu warna suara, yaitu warna paduan suara dengan memperhatikan keseimbangan antar kelompok suara, satu ekspresi, dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Membentuk suara paduan suara, dengan banyak suara diibaratkan membuat kopi susu, jika sudah jadi harus berwarna kopi susu, dan terasa kopi susu pula, bukan hanya kopinya saja atau susunya saja yang terasa lebih dominan (Simanungkalit).
Vokal paduan suara /vokal koor dalam paduan suara disebut juga choral voice, yang membedakan dengan suara solo. Karena, suara paduan suara adalah bunyi serempak dengan harmonisasi tertentu dari banyak suara dan dari anggota paduan suara.

C. Jenis Paduan suara
Paduan suara ada beberapa jenis : paduan suara unisono, paduan suara dua suara sejenis, paduan suara 3 suara sejenis, paduan suara 3 suara campuran, paduan suara 4 suara campuran.

D. Pemilihan anggota
Sebaiknya dalam merekrut anggota paduan suara harus selektif, harus memperhatikan minat, kemampuan dasar (musikal), dan kedisiplinan. Kurang dari salah satu akan mengganggu.

E. Pelatih dan Pemimpin Paduan suara.
Pelatih paduan suara dapat merangkap sebagai pemimpin paduan suara (conductor), sehingga di tangan pemimpin inilah grup itu akan menjadi baik atau buruk. Pemimpin ibarat ”nafas” paduan suara. Pemimpin paduan suara adalah denyut suata paduan suara, dan dialah wajah suatu penyajian paduan suara (Binsar Sitompul, 1986). Seorang pemimpin paduan suara bisa dianggap sebagai ”ilmuwan” paduan suara. Seorang pemimpin paduan suara sebaiknya memiliki kemampuan
(1) menguasai teori musik dan praktek musik, 
(2) terampi membaca notasi musik, 
(3) menguasai teknik paduan suara, 
(4) memiliki kepekaan nada yang kuat, 
(5) mengetahui pengetahuan tentang repertoir, memiliki seni medireksi (conducting), 
(6) kepribadian menarik, 
(7) sehat jasmani dan rohani, (Cool berwibawa.

F. Teknik Paduan suara
1. Pernafasan
Pernafasan merupakan ”motornya” orang bernyanyi. Di antara bermacam-macam pernafasan (pernafasan dada, perut, pundak dan diafragma), pernafasan diafragmalah yang dianggap baik untuk bernyanyi. Ada juga yang mengkombinasikan antara pernafasan diafragma dan perut.
Salah satu bentuk latihan pernafasan adalah :
Menghitung dari satu sampai dengan empat dengan suara yang jelas dan teratur. Pada hitungan ke empat mengambil nafas sedalam-dalamnya dengan cepat. Latiha ini dilakukan berulang-ulang.
Menghitung dari satu sampai tiga setengah ketuk, lalu mengambil nafas dengan cepat pada sisi setengah hitungan dari ketukan ke empat. Latihan ini dilakukan berulang-ulang.
Latihan menahan nafas sambil mengitung (diucapkan) sebanyak-banyaknya
Sambil berbaring dan meletakan buku atau benda lain di atas perut sambil berolah nafas.
Dll.

2. Membentuk Suara atau Produksi Suara (Voice Pruduction)
Teknik Produksi suara merupakan mekanisme dari koordinasi dan kerja sama alat-alat penghasil bunyi. Jika kerjasama itu benar kita akan mendengar bunyi yang baik. Istilah kerjasama mekanisme gerak ini sering disebut fisiologi
Prosesnya:
Pita suara dapat digerakan saling mendekat rapat dan menjauh, selain juga kendor atau tegang. Jika dalam posisi saling menjauh, maka saluran kerongkongan terbuka dan kita dapat menarik atau melepas nafas dengan leluasa. Sebaliknya jika dalam kedua membran itu saling mendekat hingga rapat, saluran kerongkongan tertutup dan nafas tidak bisa masuk. Jika kita salurkan nafas dengan teratur melalui celah di antar pita suara itu, akan terjadilah suara karenakedua pita suara itu bergetar.
Suara akan menjadi nyaring karena ada alat pengeras (resonator) seperti rongga mulut, rongga kepala, rongga hidung, dan rongga dada. Alat-alat ini yang disebut resonansi suara. Lengkapnya alat yang menjadi resonator adalah mulut, puncak leher, oral pharinx, nasal pharinx, post nasal cavities (rongga hidung) trachea, bronchi rongga dada, dan rongga kepala. Menurut urutan tingkat suara resonansi dapat dibagi menjadi 3 : resonansi kepala, resonansi tengah (rongga mulut dan hidung), dan resonansi dada.

Semakin baik ruang-ruang itu beresonansi semakin bagus dan semakin kaya warna suara dan kekuatannya. Suara yang bagus adalah hasil pembentukan bunyi (artikulasi, diksi) dan resonansi yang baik.
Latihan-latihan ini bisa dilakukan saat pemanasan (vokalizi). Vokalisi yang normal biasanya sekitar 15 sampai 30 menit. Namun demikian bisa fleksible asal jangan kurang dari 15 menit.

3. Kepaduan (Blend)
Padu bulat, menyatu (blend) itulah siri itama musik paduan suara. Suara-suara dari banyak peserta dan kelompok suara yang berbeda harus menjelma menjadi satu warna dan satu bahasa yaitu warna paduan suara.
Beberapa syarat untuk mencapai blend di dalam lingkungan satu kelompok suara :
Tinggi nada (pitch) harus tepat-bersih. Nada yang tidak tepat antar suara menjadikan suara keruh. Di sinilah perlunya pemanasan (vokalizi) sebelum membawakan lagu.
Kualitas suara yang baik. Ini tergantung dari cara membentuk suara dan cara membentuk vokal (vowels).
Menggunakan register yang sama
Penggunaan register yang berbeda (ada yang falseto dan ada yang suara leher), juga antara sopran dan alto yang jauh warnanya menjadikan suara tidak padu (berwarna warni)
Penggunaan vibrato yang tidak terkendali.
Vibrasi boleh digunakan asal jangan terlalu besar intensitasnya dan jangan menjolkan individu. Sebaiknya hanya bebarapa saja, kecuali dia sebagai solis.
Tingkat dinamik yang seragam
Penyamaan dinamik agar tidak ada yang lebih menojol, agar tidak terdengar sia-sia penggarapannya.

4. Keseimbangan (balance)
Faktor keseimbangan tidak lepas dari blend. Jika dalam blend adalah untuk menciptakan kesamaan atau kepaduan antar personil dan kelompok suara maka teknik keseimbangan ini untuk menciptakan keseimbangan antar kelompok suara. Keseimbangan ini untuk menghindari tidak ada kelompok suara yang paling dominan suaranya. Keseimbangan ini bisa meliputi kekuatan, warna, dinamik, irama, dan sebagainya.

5. Diksi
Yang membedakan musik paduan suara dan musik instrumentalia adalah pemakaian kata-kata yang membawakan nada-nada dari komposisi. Perpaduan kata-kata dengan musik inilah yang harus dicermati pemimpin paduan suara agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Teks dalam lagu tidak sekedar menuntut kata-kata yang jelas, tajam secara teknis, tetapi lebih dari itu yaitu cara-cara mengucapkan sekaligus mengungkapkan makna, isi, bahkan sampai pada yang bersifat emosional. Inilah yang disebut diksi. Jadi diksi sudah termasuk artikulasi, yang merupakan upaya mencari interpretasi dari kata-kata.

Suku kata –bai yang pertama dinyanyikan 1 ½ ketuk sedangkan suku kata –bai kedua dinyanyikan sepanjang 2+2 ketuk, dan hampir sepanjang 4 ketuk itu dinyanyikan pada vokal ”a” dan baru pada momen ke-4 ketukan akan berakhir vokal ”i” yang dimunculkan.

Karena peserta paduan suara yang cukup banyak sama dengan instrumen vokal yang banyak juga. Karena hal ini bisa menimbulkan kekacauan dalam hal artikulasi yang muncul walaupun dengan teknik vokal yang benar. Oleh karena itu kadang ”diakali” dengan pengucapan-pengucapan yang ”dimanipulasi” sehingga jika dinyanyikan secara bersama-sama dalam paduan suara itu akan terdengar lebih jelas, tergantung kesan apa yang ingin kita dapatkan, gagahn sendu, lincah, dsb.
Contoh:
Bangkitlah —- bangkitelah
Dwi warna—- dewi warna
Maju ———-Majut

Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan. Dan, inilah tugas pemimpin paduan suara untuk mengeksplor dan menggarapnya.

6. Teknik Vokal Lainnya
a. Artikulasi : adalah teknik pengucapan agar ucapan yang terdengar lebih jelas. Teknik ini juga berkaitan dengan teknik lain seperti diksi dan pembentukan suara. Teknik artikulasi memperhatikan pada ucapan-icapan huruf hidup (vocal) dan huruf mati (konsonan)

b. Frasering : adalah teknik pemenggalan kalimat lagu. Teknik ini terkait juga dengan teknik pernafasan, dan interpretasi. Teknik ini penting karena salah mengiterpretasi, terutama dalam pemenggalan kalimat, akan mengurangi keindahan termasuk juga maknanya.

c. Intonasi : adalah teknik yang berhubungan dengan ketepatan nada (pitch). Ini sangat bersifat individu. Artinya, setiap anggota paduan suara harus memiliki kepekaan nada yang kuat sehingga mampu mengendalikan tinggi suaranya, dan tidak lagi terdengar nada-nada fals yang muncul saat penyajian. Satu orang terdengar fals maka rusaklah paduan suara itu. Jika banyak yang fals maka suara menjadi keruh. Penguasaan ini akan menjamin nada-nada fals pada grup itu. Sangat dianjurkan seluruh anggota paduan suara mampu membaca notasi musik. Latihan ini harus sering dilakukan, terutama saat vokalisi. Cara ini akan berguna baik yang sudah mampu membaca notasi maupun yang belum.

d. Vibrasi/vibrator : adalah teknik menggetarkan / mengalunkan nada atau mefluktuasikan nada yang dibunyikan. Pengolahan teknik ini harus sangat hati-hati. Penggunaan yang tak terkendali akan merusak penyajian paduan suara. Akan lebih baik jika sebagian saja yang menggunakan vibrasi. Itu pun dengan intensitas yang sedang saja, kecuali ia sebagai solis. Munculnya vibrasi pada suara manuasia dikarenakan sudah mapannya posisi alat-alat produksi suara, walaupun suara yang bervibrasi belum tentu ber kualitas terutama dalam vokal paduan suara. Vibrasi dapat dilatih sejak dini sehingga muncul vibrasi lebih awal juga.

e. Teknik Mendengarkan (listening) : istilah ini mungkin belum lazim yaitu teknik memperhatikan suara diri sendiri maupun suara di sekelilingnya. Simanungkalit menamakan istilah ini dengan kegiatan bernyanyi dengan telinga. Sebenarnya bernyanyi solo pun harus selalu mengontrol diri apakah suara yang terdengar cukup baik dari segi intonasi, artikulasi, keseimbangan dengan iringan, sampai pada ekspresinya. Namun, bernyanyi paduan suara yang terdiri dari banyak sumber suara menuntut lebih banyak kerena pencapaian blend dan balance suatu kewajiban jika ingin paduan suaranya padu dan utuh serta seimbang. Teknik ini untuk menjamin suara perindividu, setiap seksi suara, sampai seluruh peserta, mantap dari segi teknik dan pembawaan.

f. Pembawaan dan Interpretasi dan ekspresi : teknik ini cukup penting terutama berkaitan dengan bagaimana lagu itu dinyanyikan. Pesan lagu, karakter lagu, sampai pada bagian-bagian lagu (termasuk tanda-tanda ekspresi atau dinamik) harus bisa ditangkap oleh pelatih dengan baik. Tugas ini banyak dilakukan oleh pemimpin atau pelatih paduan suara. Penafsiran dan pengungkapan yang baik akan membawa penampilan paduan suara lebih baik pula. Pelatih harus bekerja keras untuk mencermati seluruh isi partitur lagu dan menerapkannya dalam paduan suaranya. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bertahap mulai saat proses latihan sampai pada tahap penggosokan (finishing). Saat penggosokan ini sebenarnya memerlukan waktu latihan yang cukup banyak agar hasilnya mengagumkan. Banyak paduan suara yang akan tampil lomba hanya berhenti pada penguasaan notasi dan penafsiran yang belum cukup. Padahal, semakin digosok paduan suara yang sudah ”jadi” akan semakin ”kempling”. Akan terlihat dan dirasakan oleh peserta saat menyanyikannya terasa mantap, percaya diri dan menikmati, sedangkan yang melihat atau yang mendengarkan merasa terpesona dan terharu (termasuk jurinya) karena keindahan fisik maupun suaranya. Bisa diukur, jika saat anda mengajak orang lain untuk memperdengarkan atau menyaksikan paduan suara Anda kemudian dia merasakan biasa saja maka paduan suara Anda masih biasa saja, perlu proses tambahan yang harus dijalani lagi. Sebaliknya, jika yang menilai /yang mendengarkan merasa terkesan, maka paduan suara Anda saat menyanyikan lagu itu sudah bagus.

g. Memimpin lagu (conducting): adalah teknik memberi aba-aba saat lagu itu di sajikan. Tugas ini hanya diberikan pada pemimpin atau conductor atau dirigen. Namun demikian, tugas seorang konduktor sebenarnya sangat berat. Oleh karena itu sebaiknya pelatih sekaligus merangkap sebagai konduktor sehingga apa yang dikehendaki langsung disampaikan saat mulai latihan sampai saat tampil. Namun, ini sangat jarang. Seorang konduktor bisa bukan pelatihnya (dan ini yang umum) asal sudah dilibatkan mulai saat latihan. Saat finishing harus diserahkan sepenuhnya pada konduktor dengan pengawasan pelatih. Terlalu banyak campur tangan saat sudah taraf akhir finishing dari pelatih, apalagi berubah-rubahnya materi latihan (misalnya tentang interpretasi) maka pada saat-saat pementasan akan membingungkan konduktor dan peserta itu sendira.

G. Penutup
Banyak orang mengatakan musik paduan suara adalah musik sorgawi. Tentu jika si pendengar memiliki kemampuan menikmati jenis musik ini. Yang mampu merasakan keindahan harmonisasi suara dari paduan suara memang suatu kenikmatan tersendiri.
Pengelolaan paduan suara yang profesional sebenarnya cukup kompleks karena menyangkut teknik-teknik yang harus dikuasai, proses latihan yang lama sampai masalah sosial yang menyangkut peserta paduan suara sebagai mahluk individu yang memiliki sifat yang bermacam-macam dan kepentingan yang berbeda-beda pula. Paduan suara mahasiswa sangat berpotensi menjadi paduan suara yang profesional karena anggotanya memiliki kepentingan yang hampir sama (homogen), minat yang tinggi (tentu jika prekrutannya melalui prosedur tertentu yang ketat), dan SDM (tingkat inetelgensi) yang tinggi pula.

Solfes : Pengenalan Terhadap Konsep Bunyi dan Konsep Musik


Bagaimanakah cara yang tepat untuk mengkonsumsi musik? Tentu saja dengan menggunakan salah satu alat dari panca indera kita, yaitu telinga. Musik hanya bisa dinikmati melalui telinga sebagai alat pendengaran. Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran atau tidak bisa mendengar (tuli) sejak lahir maka ia tidak akan pernah dapat mengenal konsep tentang bunyi, terlebih lagi konsep tentang musik itu sendiri.
Keindahan visual dapat dinikmati dengan mata sebagai alat untuk melihat. Keharuman dan wanginya bunga mawar dinikmati dengan hidung sebagai alat untuk membau. Lezatnya makanan dinikmati dengan lidah sebagai alat untuk mengecap. Sejuknya udara dapat dinikmati dengan kulit sebagai alat untuk merasakan. Dan keindahan bunyi musik dapat dinikmati dengan telinga sebagai satu-satunya alat untuk mendengar dari tubuh kita.
Seseorang yang mempelajari musik, maka harus mengenal konsep tentang bunyi. Ia harus dapat membedakan bunyi-bunyian, antara bunyi nada yang satu dengan nada yang lain, tinggi rendah suatu titinada. Dengan mengerti perbedaan ini maka ia juga dapat mengenal konsep tentang musik.
Lho? Apakah ada orang yang tidak bisa membedakan bunyi atau tidak bisa membedakan tinggi rendah suatu titinada? Jawabannya : ada. Memang ada beberapa orang yang memang tidak mampu membedakan tinggi rendah suatu bunyi antara nada yang satu dengan nada yang lain, sehingga bisa dikatakan, orang seperti ini tidak bisa bermain di bidang musik atau tidak musikal.
Kembali ke hubungan antara musik dengan alat pendengaran, bagaimana jika orang yang sudah pernah mendengar, kemudian di dalam perjalanan hidupnya karena suatu hal/penyakit, ia menjadi tuli, apakah ia masih bisa bermusik? Tentu saja ia masih bisa bermusik karena ia telah mengenal konsep tentang musik.
Komponis besar jaman klasik Ludwig Van Beethoven (1770-1827) adalah contohnya. Beethoven adalah seorang pianis, organis dan pemain biola. Pada usia 31 tahun (1801), Beethoven merasakan pendengarannya mulai berkurang. Sebagai seorang pianis paling berprestasi di Wina, keadaan ini dirasakannya sebagai suatu bencana. Pada saat ia bermain dalam konser piano tahun 1814 (usia 44 tahun), Beethoven sudah tidak dapat mendengarkan sendiri permainannya. Pada usia 48 tahun (1818), Beethoven menjadi tuli sama sekali, ia sudah tidak mampu mendengar, komunikasi dengan orang lain dilakukannya dengan tulis-menulis.
Sebagai komponis, kondisi penyakit pada syaraf pendengarannya tidak terlalu mengganggunya dalam berkarya. Hal ini dibuktikannya, antara tahun 1822 – 1826, kegiatan Beethoven dipenuhi dengan berkarya menciptakan banyak komposisi baru, dan beliau sudah tuli total. Pada saat konser karya Beethoven tanggal 7 Mei 1824 (Overtura ‘Die Weihe des Hauses’ Op. 124, Kyrie, Credo, dan Agnus Dei Misa Solemnis Op. 123 dan Simfoni No. 9 dalam D minor Op. 125, ruang konser penuh sesak, Beethoven dan musiknya mendapatkan sambutan luar biasa, namun ia tidak mendengar sama sekali sambutan meriah ini dan tetap membaca partitur.
Bagi Beethoven sebagai komponis, dalam otaknya, ia masih dapat mendengar musik karena ia mengenal betul konsep musik dari pengalaman selama ia masih bisa mendengar. Bahkan musik yang sangat komplekspun masih bisa ia dengar dalam otaknya dan dinotasikan melalui partitur musik. Ia tidak menciptakan musik dengan piano, tetapi melalui pena, kertas, meja tulis dan ide-ide kreatif luar biasa dari otaknya yang masih mampu mendengar musik.
Untuk menjadi seorang musisi atau pemain musik yang baik, maka seseorang harus belajar juga untuk melatih pendengarannya. Pada beberapa kursus/les musik (kursus organ, kursus piano, dan sebagainya), latihan pendengaran ini disebut juga sebagai latihan solfes.

Beethoven Sejarah Kehidupan Seorang Komponis Klasik


Sejarah kehidupan komponis Ludwig Van Beethoven dimulai pada tahun 1770. Ia dilahirkan pada tanggal 16 Desember 1770 di Bonn, Jerman dari keluarga pasangan Johann Van Beethoven (1740 – 1792) dan Maria Magdalena (1746 – 1787). Ayahnya adalah seorang penyanyi tenor dan pemain biola di kapel istana Bonn dalam kelompok pemusik Elector Prince of Cologne. Beethoven kecil mendapatkan pelajaran musik untuk pertama kali dari ayahnya, yang memaksa dia untuk belajar piano, organ dan biola mulai dari usia dini. Beethoven mengenal dan belajar biola dari Franz Ries (1755 – 1846) yang merupakan musisi sahabat keluarga Beethoven.
Mengetahui bahwa Beethoven kecil memiliki talenta yang luar biasa, ayahnya berpikir untuk menjadikannya sebagai Mozart baru, dimana saat itu Mozart sudah dikenal sebagai pemusik jenius, ajaib, luar biasa dan terkenal pada masa kecilnya, karena seringnya Mozart mengadakan konser keliling kota bersama ayahnya. Wolfgang Amadeus Mozart sendiri dilahirkan pada tahun 1756, jadi pada saat Ludwig Van Beethoven lahir, usia Mozart sekitar 14 tahun. Mozart sudah mulai membuat komposisi di usia 5 tahun dan mulai tour keliling Eropa pada usia 6 tahun. Keadaan Mozart inilah yang memberikan ambisi kuat pada ayah Beethoven untuk menjadikan Beethoven seperti Mozart. Dan Beethoven kecil sendiri juga sangat menyukai musik.
Ayah Beethoven adalah orang yang tidak stabil, seorang ambisius dan juga pemabuk. Namun kondisi ayahnya yang seperti ini tidak mengurangi kecintaan Beethoven terhadap musik. Dia tetap belajar dan bermain musik dengan senang, konser pianonya yang pertama ditampilkan pada tanggal 16 Maret 1778 pada usia 8 tahun, tetapi ketrampilannya pada usia ini tidak seimbang dengan ketrampilan Mozart pada usia yang sama. Beethoven telah menjadi tulang punggung keluarga sebagai pencari nafkah sejak berusia 18 tahun, dimana ia menggantikan posisi ayahnya di istana Bonn.
Pada tahun 1781 (usia 11 tahun), Beethoven keluar dari sekolah formal dan menjadi asisten organis Christian Gottlob Neefe (1748 – 1798) di kapel istana Bonn. Neefe adalah seorang komposer opera Jerman dan dirigen. Di sini ia belajar dan mengasah ketrampilan musiknya dari Neefe dan musisi lainnya yang tergabung dalam kelompok musik istana. Saat berusia 17 tahun, sekitar bulan April/Mei 1787 ia dikirim oleh istana Bonn ke Vienna (Wina) untuk mengambil pelajaran komposisi musik dari Mozart. Saat itu usia Mozart sudah 31 tahun, dan Mozart memuji potensi dan bakat besar Beethoven di bidang musik. Namun sayangnya, pelajaran dengan Mozart hanya selama 2 bulan, karena pada bulan Juli 1787, ia dipanggil pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah, yaitu menderita tuberkulose. Dan ibu Beethoven meninggal pada tanggal 17 Juli 1787.
Semenjak ibunya meninggal dunia, Beethoven terpaksa tinggal di Bonn dan tidak meneruskan pelajarannya di Wina. Ia harus menanggung kehidupan keluarganya dan mengurus adik-adiknya, karena ayahnya semakin menjadi seorang pemabuk berat. Tapi ia masih memiliki jabatan di istana Bonn sebagai pemain organ dan pemain biola alto di orkes kapel dan teater istana. Pada tahun 1789, ia mulai bermain biola di orkestra untuk opera, sambil juga mengajar dalam ilmu komposisi. Karena kondisi ayahnya yang semakin parah, maka ia minta ke istana agar gaji ayahnya diberikan kepadanya dan menggantikan jabatan ayahnya.
Pada tahun 1790, Beethoven membuat 2 komposisi kantata, yang pertama untuk acara meninggalnya Kaisar Joseph II dan yang kedua untuk acara penobatan Kaisar Leopold II. Kantata yang pertama tidak jadi dipentaskan.
Seorang pendukung Beethoven, yaitu Pangeran Ferdinand Waldstein adalah kawan dekat dari Pangeran Karl Lichnowsky. Karena pengaruh dan permintaan Waldstein, maka Pangeran Karl Lichnowsky memberikan biaya kepada Beethoven untuk belajar komposisi kepada Franz Josef Haydn. Pada bulan November 1792, ia berangkat ke Wina dan sejak saat itu ia tidak pernah kembali lagi ke Bonn, karena memutuskan untuk menetap di sana. Dukungan Waldstein tertuang dalam surat yang dikirimkannya kepada Beethoven : “… Jiwa kejeniusan Mozart masih menangis atas kematiannya… – (NB. Mozart meninggal 5 Desember 1791 pada usia 35 tahun) – … Melalui kerja keras, kamu akan menerima jiwa Mozart dari tangan Haydn.”
Kejadian lain yang menyedihkan adalah ketika ayahnya, Johann Van Beethoven meninggal pada saat dia baru sampai di Wina, yaitu pada tanggal 18 Desember 1792.
Pelajaran Komposisi Beethoven
Sejak sampai di Wina, mulai tahun 1793, ia belajar komposisi dengan studi utama kontrapung menurut sistem Fux dari Franz Josef Haydn. Selama satu tahun pelajaran ini, Beethoven merasa tidak berhasil dan mengatakan bahwa Haydn kurang perhatian dan tidak teliti terhadap pekerjaan musiknya. Kemudian ketika ia menjadi menjadi siswa resmi Haydn, ia juga mendapatkan bimbingan dari seorang guru lain yaitu Johann Schenk (1753 – 1836). Johan Schenk adalah seorang komponis Austria dan seorang guru yang bekerja sebagai Kapellmeister untuk Pangeran Auersperg. Dari Schenk, ia belajar kontrapung dan komposisi. Pelajaran dengan Haydn melalui Schenk berlanjut sampai dengan awal tahun 1794, dan kemudian berakhir ketika seorang guru teori musik yang terkenal saat itu, yaitu Johann Georg Albrechtsberger (1736 – 1809) menggantikan kedua gurunya dan membawa Beethoven pada akhir pencariannya di bidang komposisi musik, dengan mempelajari teknik komposisi, harmoni dan kontrapung. Albrechtsberger adalah teman Haydn dan seorang musisi Austria, yang merupakan salah satu ahli kontrapung yang jarang ada tandingannya di jaman itu.
Saat itu, Beethoven juga belajar komposisi menurut gaya vokal Italia dengan bimbingan Antonio Salieri (1750 – 1825), seorang komponis italia dan dirigen. Sebagai Kapellmeister kekaisaran Austria (Wina) sejak 1788 hingga 1824, Antonio Salieri adalah salah seorang musikus terpenting dan terkenal pada masanya.
Karir Ludwig Van Beethoven sebagai seorang pianis (pemain piano) mulai dikembangkan melalui konser yang sering diselenggarakan oleh para bangsawan secara pribadi di rumah mereka. Konser pertamanya di depan umum diselenggarakan pada tanggal 29 Maret 1795 di Wina, pada usia 25 tahun dan ia telah menunjukkan kelasnya sebagai seorang komponis dan pemain piano yang handal dan berprestasi. Ia membawakan Konserto Piano dalam Bes Mayor dan pada bulan Desember tahun yang sama, ia juga mengadakan konser lagi dengan memainkan Konserto Piano dalam C Mayor Op. 1 yang dipersembahkan untuk gurunya, Franz Josef Haydn.
Dalam setiap konsernya, Beethoven selalu bermain dengan semangat dan penuh emosi yang mendalam. Hal ini pun tercermin dalam karya-karyanya, sonata piano di awal kariernya penuh kebebasan dan daya kreativitas yang tinggi. Contohnya, Sonata Piano dalam F Minor No. 1 Op. 2, yang memperlihatkan bahwa Beethoven ingin memperlihatkan diri sebagai seorang musisi yang berbeda dari Haydn dan Mozart. Musik pianonya begitu tegas dan agresif berbeda dengan tujuan dan suasana musik generasinya, dimana saat itu musik diciptakan dengan tujuan untuk menghibur.
Pada tahun 1796, Beethoven mengadakan konser di beberapa kota, yaitu di Nuremberg, Prague, Dresden dan Berlin. Ia mempersembahkan Sonata Piano dalam C minor Op. 13 (Pathetique) kepada Pangeran Karl Lichnowsky dalam konser-konser tersebut. C minor adalah nada dasar yang sering digunakan Beethoven untuk membuat musik yang serius dan tegas.
Pada usia 31 tahun (1801), ia merasakan pendengarannya mulai berkurang. Ia juga menerima seorang murid wanita berusia 17 tahun bernama Countess Giulietta Guicciardi (1784 – 1856). Beethoven jatuh cinta dengan muridnya ini dan membuat Sonata Piano Op. 27 No. 2 yang dipersembahkan untuk Giulietta. Sebetulnya sang putri bangsawan bersedia menerima lamaran Beethoven, tapi kedua orang tua sang putri tidak mengijinkannya untuk menikah dengan seorang biasa.
Beethoven mengatakan bahwa pendengarannya mulai berkurang karena kebiasaannya menuangkan air dingin di kepala saat membuat komposisi-komposisi musiknya. Hal ini ia lakukan sering sekali untuk menyegarkan dirinya, tapi setelah itu ia tidak mengeringkan rambutnya. Dan hal ini berpengaruh pada syaraf pendengarannya. Akibat masalah pendengaran ini, ia mengalami depresi sepanjang tahun 1802. Sebagai seorang komponis, ia tidak merasa terganggu, karena ia masih dapat mendengarkan musik dalam otaknya, bahkan musik yang sangat kompleks dan ia dapat menotasikannya melalui partitur yang ia tulis. Ia tidak menciptkan musik melalui piano, melainkan di atas meja tulis untuk mengaplikasikan ide-ide musik dari otaknya.
Tapi sebagai seorang pemain piano paling berprestasi di Wina saat itu, masalah penyakitnya ini dirasakannya sebagai suatu bencana besar. Harapannya untuk berkarir sebagai guru piano dan dirigen harus ditinggalkan. Komunikasinya dengan orang-orang dalam masalah sosial, terutama dengan para wanita sangat terganggu. Rasa kesendirian semakin bertambah besar dalam dirinya. Kesedihannya meningkat seiring dengan ketidakberhasilannya mencari istri. Walaupun ia sering jatuh cinta, dan biasanya dengan wanita bangsawan, karena pergaulannya saat itu, namun cintanya tidak pernah dibalas. Ia menjadi tumbuh dengan memiliki sifat yang agresif karena penyakitnya dan masalah seputar dirinya.
Pada bulan Oktober 1802 saat dia berada di desa Heiligenstadt di daerah luar kota Wina, ia menulis surat wasiat, yang kemudian dikenal dengan wasiat Heiligenstadt untuk kedua adik laki-lakinya. Surat ini berisi kesedihan Beethoven pada keadaanya yang sakit dan banyak masalah dalam kehidupannya, bahkan ia menganggap waktu ajalnya sudah dekat.
Selama tahun 1802, musik yang diciptakan Beethoven bersifat musik murni yang seolah-olah tidak memiliki hubungan dengan ide-ide di luar musik. Musik yang menggambarkan suasana hati dan emosi yang subyektif yang biasanya tertuang dalam musiknya tidak keluar dalam karyanya. Musiknya bersifat absolute ilmu harmoni murni dari suatu musik saja.
Seputaran tahun 1802, Ludwig Van Beethoven mengalami depresi, tapi ia kemudian mampu mengatasi hal ini. Kesungguhan untuk memperjuangkan nasibnya diaplikasikan melalui musiknya sepanjang periode 1803 sampai dengan 1812. Karyanya pada periode ini merupakan karya besar yang mengimplikasikan sikapnya terhadap hidup. Emosi sebagai seorang komponis dituangkan dalam karya-karyanya, ide-ide dinotasikan pada sonata dan simfoni ciptaannya.
Oratorio Kristus di Bukit Zaitun seolah-olah menghubungkan antara penderitaan Yesus dengan dirinya. Dalam opera Fidelio versi yang pertama, juga menampakkan gambaran penderitaan yang diakhiri dengan pembebasan, atau kemenangan kebaikan terhadap kejahatan.
Simfoni No. 3 dalam Es Mayor, Eroica Op. 55 semula oleh Beethoven disebut Simfoni Bonaparte karena ia ingin menghormati Napoleon Bonaparte. Tapi tidak jadi, karena Beethoven tidak suka ketika Napoleon Bonaparte kemudian mentahbiskan dirinya sebagai Kaisar Perancis pada tahun 1804. Beethoven menganggap hal ini sebagai pengkhianatan atas cita-cita manusia yang semula diwakili oleh sosok Napoleon. Ia kemudian mengganti judul Simfoninya ini dengan tulisan Simfoni Pahlawan (Eroica), dan sub judul, diciptakan untuk menyambut ingatan seseorang yang agung. Simfoni ini merupakan simfoni terbesar pada masa itu dan durasinya sekitar 50 menit.
Musik kamar yang semula dimaksudkan untuk kenikmatan pribadi di rumah-rumah, mulai juga dijadikan konser untuk umum. Beberapa karyanya, 6 Kuartet Gesek Op. 18 berdurasi 25 menit, 3 Kuartet Gesek Op. 59 yang berdurasi hampir 50 menit, sonata Piano Waldstein Op. 53 dan Appasionata, Konserto Piano No. 4 dan No. 5 (Kaisar), Konserto Biola menunjukkan perkembangan dimensi musik Beethoven.
Sepanjang tahun 1805 sampai dengan 1814, Beethoven menghabiskan banyak waktu untuk komposisi dan perbaikan opera tunggal Fidelio. Seperti halnya tradisi dalam komposisi singspiel, Fidelio juga menggunakan dialog, walaupun unsur komedi (yang saat itu banyak dimunculkan dalam opera) tidak begitu menjadi fokus perhatian Beethoven, sehingga Fidelio adalah opera yang serius.
Beethoven merevisi Fidelio sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1806 dan tahun 1814. Pada tanggal 20 November 1805, Fidelio versi pertama dipertunjukkan di Wina namun tidak berhasil, hal ini disebabkan kemungkinan besar karena pengaruh penaklukan kota Wina oleh Napoleon, sehingga penonton dari kalangan bangsawan juga sudah banyak yang melarikan diri dari Wina. Dalam Fidelio ada empat overture, yaitu Overtura Leonora No. 1, 2 dan 3, serta overture terakhir (yang keempat) yang diciptakan pada tahun 1814 sering disebut sebagai Overtura Fidelio. Revisi terakhir opera Fidelio meraih kesuksesan besar ketika dipertunjukkan pada bulan Mei 1814.
Sampai dengan tahun 1812, Beethoven belum menikmati sumber penghasilan yang tetap. Ia bergantung kepada para bangsawan Wina pendukungnya dan beberapa teman dekatnya. Uang diperoleh saat dia mempersembahkan karyanya kepada seseorang dan ketika mendapat pesanan komposisi, selain juga menerima honorarium dari penerbit musiknya. Hal ini dipersulit lagi dengan peperangan dengan Napoleon yang mengakibatkan banyak bangsawan Wina yang kehilangan kekuasaannya.
Beethoven sering terlibat dalam konser amal dan derma, sehingga sebagai ucapan terima kasih atas kegiatannya ini maka ia diijinkan untuk menggunakan teater Wina dengan mengadakan konser mencari dana bagi dirinya pada tanggal 22 Desember 1808. Konser ini berdurasi 4 jam untuk seluruh musik Beethoven yang sebagian besar diantaranya adalah komposisi baru, termasuk Simfoni No. 5 dan 6, Konserto Piano No. 4 (dimana Beethoven sebagai solo pianis) dan Fantasia Kor Op. 80. Konser ini menjadikan para bangsawan di kota Wina berjanji akan memberikan gaji tahunan kepada Beethoven supaya ia tetap tinggal di Wina dan tidak pindah ke kota lain.
Salah satu pendukung Ludwig Van Beethoven adalah seorang pangeran bernama Pangeran Johann Joseph Rainer Rudolph, adik dari Kaisar Austria. Keluarganya berkehendak sang pangeran bersekolah untuk menjadi pastur, dan pangeran ini kelak nantinya akan menjadi uskup agung Olmutz, Archduke Rudolph. Rudolph mulai belajar piano kepada Beethoven pada tahun 1803 dan menjadi satu-satunya murid yang mewarisi kemampuan Beethoven di bidang komposisi.
Pada tahun 1809, Napoleon menaklukkan kota Wina untuk yang kedua kalinya. Hampir semua bangsawan dan pembesar, termasuk Kaisar Wina dan Pangeran Rudolph melarikan diri dari kota Wina. Pertempuran dan pendudukan kota Wina oleh tentara Perancis berlangsung selama kurang lebih 2 bulan dan Beethoven tetap tinggal di kota ini, ia menciptakan Sonata Les Adieux selama masa perang.
Tahun 1810 sampai dengan 1812, Beethoven berusaha mencari jodoh, termasuk melamar Therese Malfatti, namun ia ditolak. Selama tahun-tahun ini, ia banyak menyelesaikan karya-karya yang terkenal. Kariernya sebagai pemain piano atau pianis sudah selesai sejak penampilan terakhirnya pada konser tahun 1808, karena pada saat Beethoven tampil dalam konser mencari dana untuk derma pada tahun 1814, ia sudah tidak dapat mendengar permainannya sendiri.
Masa setelah tahun 1812 sampai dengan tahun 1817 disebut sebagai masa sunyi Beethoven, hasil karyanya hanya sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan ia semakin terputus dari dunia luar karena kondisi pendengarannya yang kian memburuk. Komunikasi hanya dilakukan dengan tulisan, keadaan rumahnya kacau, dan perilakunya menjadi tak terkendali. Beethoven pernah menyatakan pada beberapa teman dan saudaranya, bahwa kondisi pendengarannya semakin berkurang karena kebiasaan buruknya, yaitu menyiramkan air dingin ke kepalanya untuk menyegarkan ide-ide dalam membuat komposisi musik. Rambut dan kepalanya menjadi basah dan tidak pernah dikeringkan. Pada tahun 1818, ia benar-benar tuli dan tidak dapat mendengar suara sama sekali.
Masa sunyi Beethoven berakhir pada tahun 1817, ketika ia menciptakan Sonata Piano dalam A Mayor Op. 101 dan juga menciptakan Sonata Piano dalam empat gerakan yang sangat besar yang dikenal dengan Sonata Hammerklavier Op. 106. Karya ini menghabiskan waktu selama satu tahun. Ia juga menciptakan sebuah misa besar yang menghabiskan waktu kurang lebih tiga tahun yang dipersembahkan untuk Pangeran Rudolph saat tahbisan sebagai uskup agung Olmutz.
Tahun 1822 – 1826, kehidupan rutin Ludwig Van Beethoven dipenuhi dengan kegiatan komposisi. Dia sendiri sudah mulai enggan untuk menghadiri konser karyanya.
7 Mei 1824 diadakan konser penuh untuk hampir semua karya Ludwig Van Beethoven, antara lain Overtura Die Weihe des Hauses Op. 124, Kyrie, Credo dan Agnus Dei dari Misa Solemnis Op. 123 dan Simfoni No. 9 dalam D Minor Op. 125. Ruangan konser penuh sekali, musik Beethoven disambut penonton dengan semangat. Kabarnya, karena tidak bisa mendengar sambutan penonton pada akhir Simfoni No. 9 dan masih tetap membaca partitur musiknya, sehingga ia harus dibimbing oleh seorang penyanyi agar dapat melihat penonton dan memberi hormat kepada mereka.
Setelah konser ini, Beethoven lebih banyak membuat kuartet gesek, ada lima komposisi kuartet gesek yang diciptakan selama tahun 1824 sampai dengan 1826. Pada bulan Desember 1826, ia jatuh sakit karena menderita radang paru-paru (pneumonia) dan sakit liver sehingga perlu dirawat oleh beberapa dokter.
Akhirnya setelah membuat surat wasiat yang memberikan seluruh hartanya kepada Karl van Beethoven, putra dari adiknya, maka pada tanggal 26 Maret 1827, pukul 17.45, saat terjadi badai besar di kota Wina, Ludwig Van Beethoven, seorang komponis jaman klasik yang paling berprestasi, meninggal dunia. Sekitar 10.000 orang menghadiri upacara pemakamannya yang menunjukkan tanda betapa hebat prestasinya di kota Wina.

Sabtu, 03 September 2011

Tatkala Mahasiswa Heboh Menyambut Presiden


KEDATANGAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memberikan kuliah umum sekaligus membuka Temu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Nusantara, kemarin, membuat ratusan personel gabungan brigade mobil Kepolisian Daerah Papua dan TNI bersiaga. Pasukan gabungan berjaga-jaga dari sepanjang Jalan Abepura hingga kampus Uncen. Maklum, situasi keamanan di tanah Papua memang masih rawan. Ruangan Auditorium Uncen pun disemprot untuk mengusir lalat dan nyamuk oleh petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Penyemprotan dilakukan agar nyamuk dan lalat tidak beterbangan sehinggamengganggu kehadiran rombongan Presiden.
Dalam kuliah umumnya. Presiden mengingatkan masih adanya masalah untuk dipecahkan bersama. Kuliah umum bertema Menuju Indonesia i/nng sejahtera di abad ke-21 ini diisi pula dengan sumbangan lagu dari paduan suara Uncen, di antaranya Tanah Papua dan lagu ciptaan Presiden, Ku Yakin Sampai di Sana.

Jumat, 02 September 2011

Choir In Concer

Koncer Paduan Suara Gabungan SMU/SMK & Paduan Suara Mahasiswa Uncen Se Kota dan Kabupaten Jayapura
Tema"Persembahan Anak Negeri Untuk Bangsa Ku"
SELENDANG SUTERA
"Kami Juga Bisa"
Auditorium Universitas Cenderawasih Jayapura, Minggu 28 Agustus 2011